Ramadan telah berlalu, meninggalkan jejak spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa, menahan hawa nafsu, memperbanyak amal saleh, serta mempererat hubungan dengan Allah SWT, tibalah kita di bulan Syawal. Bulan ini dibuka dengan Hari Raya Idulfitri, momen penuh kebahagiaan dan kemenangan. Namun, di balik perayaan ini tersimpan sebuah makna besar: kembali ke fitrah.
Apa sebenarnya makna kembali ke fitrah? Dan bagaimana kita menjaga semangat Ramadan agar tidak hilang begitu saja? Artikel ini akan membahas makna kembali ke fitrah, bagaimana menyikapi Syawal dengan benar, serta langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga semangat ibadah dan sosial pasca-Ramadan.
Apa Itu Fitrah?
Secara bahasa, fitrah berarti asal kejadian atau keadaan asli. Dalam konteks keislaman, fitrah merujuk pada kondisi suci dan bersih yang menjadi sifat dasar manusia saat diciptakan oleh Allah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS. Ar-Rum: 30)
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam sejalan dengan fitrah manusia. Dalam konteks Idulfitri, kembali ke fitrah berarti kembali kepada kesucian jiwa, kebersihan hati, serta kepatuhan total kepada Allah SWT.
Ramadan sebagai Sarana Pembersih Jiwa
Ramadan sejatinya adalah madrasah ruhani yang membersihkan jiwa dari segala kotoran dosa dan hawa nafsu. Puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga latihan pengendalian diri dan kesabaran. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, orang yang sungguh-sungguh menjalankan ibadah Ramadan dengan niat yang benar dan keikhlasan, maka akan kembali dalam keadaan bersih, seperti bayi yang baru lahir. Inilah yang dimaksud dengan kembali ke fitrah.
Kembali ke Fitrah: Bukan Akhir, tapi Awal
Sayangnya, banyak orang yang salah kaprah memaknai Idulfitri. Seolah-olah, setelah Ramadan selesai, maka ibadah dan kedekatan dengan Allah juga ikut selesai. Padahal, Idulfitri seharusnya menjadi titik tolak untuk kehidupan yang lebih baik secara spiritual dan sosial.
Kembali ke fitrah adalah momen untuk menjaga kesucian jiwa yang telah dibersihkan selama Ramadan. Maka setelah Ramadan, seharusnya semangat ibadah, kepedulian sosial, dan kesungguhan menjalani syariat tetap dijaga dan ditingkatkan.
Baca juga: Kafarat dalam Islam: Pengertian, Jenis, dan Dalil Al-Qur’an yang Wajib Diketahui
Langkah-langkah Menjaga Semangat Pasca-Ramadan
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga semangat ibadah dan sosial setelah Ramadan:
1. Melanjutkan Ibadah Sunnah
Contoh paling utama adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim)
Puasa ini menjadi bukti bahwa semangat Ramadan masih hidup dalam diri seseorang. Selain puasa, perbanyak juga shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, dan dzikir harian.
2. Menjaga Konsistensi Ibadah Wajib
Jangan sampai semangat shalat lima waktu yang rajin dijaga selama Ramadan justru kendor setelahnya. Kembali ke fitrah berarti tetap istiqamah dalam melaksanakan kewajiban utama sebagai Muslim.
3. Melanjutkan Sedekah dan Kepedulian Sosial
Ramadan mengajarkan kita untuk peduli kepada sesama. Jangan biarkan semangat memberi dan berbagi hanya berhenti di bulan Ramadan. LAZISNUR sebagai lembaga amil zakat bisa menjadi wadah untuk menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah sepanjang tahun.
4. Menjaga Silaturahmi
Syawal identik dengan tradisi saling bermaafan. Ini harus dijaga bukan hanya di awal bulan Syawal saja, tapi sepanjang tahun. Silaturahmi merupakan bagian dari fitrah sosial manusia yang harus dirawat.
“Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Bertobat dan Terus Memperbaiki Diri
Kembali ke fitrah juga berarti kembali kepada Allah dengan taubat nasuha. Jadikan Ramadan sebagai titik balik untuk meninggalkan maksiat dan kebiasaan buruk.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya…” (QS. At-Tahrim: 8)
Kembali ke fitrah bukan hanya seremoni, tapi komitmen untuk hidup lebih bersih secara spiritual dan sosial. Ramadan telah membersihkan hati dan jiwa, dan Syawal adalah waktunya untuk mempertahankan dan meningkatkan kebersihan itu.
Jangan biarkan semangat Ramadan lenyap begitu saja. Jadikan Syawal sebagai titik awal kehidupan yang lebih baik, lebih taat, lebih peduli, dan lebih bermanfaat.