Tadabur ayat Al Quran, salah satunya tentang Surat Fatir ayat 29.
اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُونَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَارَةً لَّنْ تَبُوْرَۙ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an) dan melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi.”
Kata يَتْلُونَ (yathluuna) dalam ayat tersebut berasal dari kata tala memilki arti tilawah. Tilawah sendiri ada tiga makna dalam menafsirkan. Pertama makna lafdziyyah yaitu membaca lafadznya. Kedua makna maknawiyah adalah membaca maknanya dan mentadaburi artinya bukan sekedar membaca. Ketiga makna hukmiyah yang berarti mengamalkan isi kandungannya.
Di dalam Quran dikatakan dalam surat Al An’am ayat 160.
“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi).”
“Barangsiapa melakukan kebaikan, Allah akan balas 10x lipat. Percayakah kita dengan janji Allah tersebut? Pernah kah kita bersedekah? Apakah Allah balas 10x atau sesuai kebutuhan?”, tanya Ustadz Suherman kepada para jamaah mabit di Masjid Daarut Tauhiid Jakarta malam itu.
Beliau melanjutkan pembahasan bahwa balasan sedekah dari Allah tidak terbatas materi. Bisa jadi kesehatan atau keselamatan dari musibah yang nilainya lebih dari sedekah yang dikeluarkan. Meskipun secara tertulis Allah mengatakan akan dibalas 10x lipat, namun makna yang dimaksud Allah membalas sesuai kebutuhan hambanya. Itu berarti bisa lebih, bahkan bisa 100x lipat sesuai kebutuhan.
Dalam ayat lain, surat An Nisa ayat 123.
“Barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.”
Abu Bakar pernah bertanya ke Rasul tentang ayat tersebut. “Apakah setiap keburukan akan Allah balas?”. “Ya”, jawab Rasulullah. “Bukankah kau pernah merasakan kesedihan, kepedihan atau kesakitan?”, lanjut Rasul. “Itulah bentuk balasan dari dosa”, jelas Rasulullah.
Misalnya, kita sering sakit kepala. Bisa jadi ada dosa seputar kepala. Seperti su’udzon atau buruk sangka.
Bisa jadi sakit mata yang kita rasakan, adalah karena kita telah lalai dari menundukan pandangan.
Itulah contoh tilawah maknawiyah (hukmiyah), mengaitkan makna dalam Al Quran dengan kehidupan.
Baca juga : Amalan sunah menyambut bulan Ramadhan
Lanjutan dari ayat 29 surat Fatir tadi, “Mereka yang selalu tilawah dan menegakkan sholat”. Maksudnya menegakkan sholat, tidak hanya sekedar mengerjakan namun sholat yang berkualitas. Jika sholatnya bagus akan berdampak baik pada kehidupan.
Lalu apa yang dimaksud dengan perdangan yang tidak rugi dalam Surat Fatir ayat 29 tersebut? Pertama, balasan hasanah (kebaikan) dari baca tiap huruf Al quran.
“Kata ‘Abdullah ibn Mas‘ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan mendapat satu khasanah (kebaikan). Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi).
Apakah makna khasanah/kebaikan itu? Pertama manfaat hasanah dalam kehidupan dunia. Diantara bentuk hasanah adalah menjadikan pribadi yang sholeh, keluarga yang sholeh, lingkungan yang baik, rezeki yang berkah, wafat khusnul hatimah. Sedangkan manfaat khasanah di akhirat diantaranya,selamat dari siksa kubur dan dari api neraka. Semua kebaikan yang didapatkan baik di dunia maupun akhirat sumbernya dari khasanah yang Allah berikan.
Yang kedua, yang dimaksud perdangan yang tidak merugi dalam Fatir: 29 adalah Allah ampuni dosa dari tiap hasanah yang didapat dari membaca Al Quran.
Ada tiga dampak dosa bagi kehidupan. Pertama Allah biarkan. Semakin banyak dosa yang diperbuat semakin banyak noda hitam di hati, semakin sulit beribadah. Jangan iri pada mereka yang tidak taat tapi hidupnya terlihat makmur. Hati-hati ini bisa jadi Allah sedang membiarkannya. Seperti halnya Firaun, hidupnya penuh kemewahan dan tidak pernah sakit, namun Allah melaknatnya.
Kedua istidraj, yaitu Allah angkat untuk dijatuhkan. Misal, saat taat bisnis sulit, namun saat tidak taat bisnis justru lancar. Bisa jadi itu istidraj. Jangan-jangan dalam bisnis tersebut ada yang tidak berkah. Jika ada musibah, maka bertafakurlah atas dosa yang telah dilakukan. Allah tidak akan menimpakan musibah kecuali karena dosa yang diperbuat manusia.
Yang ketiga adalah tazim, dosa jadi terasa indah dan merasa bahagia dengan melakukan dosa tersebut. Ini adalah tipu daya setan. Misal, saat pacaran merasa bahagia tapi saat menikah merasa tak seindah saat pacaran. Dampak dosa yang terakhir adalah mati su’ul khatimah.
Makna perdagangan yang tidak merugi selanjutnya adalah semakin bertambah kuantitas bacaan Al Quran, bertambah pula pahala. Asalkan bukan hanya tilawah lafdziyah saja tapi juga dengan maknanya.
Setiap hari kita berbisnis dengan Allah. Berapa banyak dosa yang kita lakukan dan berapa banyak pahala yang kita dapatkan? Apakah hari ini kita untung dengan pahala yang didapat lebih banyak dari dosa atau sebaliknya berarti kita merugi?
Keuntungan lain yang Allah berikan bagi yang senantiasa baca Al Quran yakni Allah mengangkat derajatnya menjadi keluarga Allah di dunia. Jika sudah jadi keluarga, tentu selalu diberikan yang terbaik.
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia. ‘ Beliau SAW ditanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau SAW menjawab, ‘Mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).”
Baca juga: Keutamaan Infaq Subuh, Meraih berkah diawal pagi
Ahli quran juga disejajarkan kedudukannya dengan malaikat. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, dia berada bersama para malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam membaca Al-Qur’an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala”
Orang yang mahir dalam hadits ini bisa diartikan yang menghapal Al Quran, tapi juga ada yang mengartikan senantiasa membaca Al Quran dengan memahami maknanya.
Keutamaan membaca Al Quran lainnya, dikatakan bahwa Al Quran mengangkat derajat manusia di surga.
“Dikatakan kepada penghafal Alquran: “Bacalah, naiklah dan baca secara tartil. Seperti engkau membaca tartil di dunia. Karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi dari Amr bin Ash)
Itulah keutamaan orang-orang yang يَتْلُونَ(yathluuna). Mereka yang tidak hanya senantiasa membaca Al Quran, namun juga memahami makna dan berusahan mengamalkannya. ( Disarikan dari ceramah : Ustadz Suherman Ar-Rozi )